Wednesday, September 2, 2009

The Bucket List


Siapa yang tidak ingin menonton film dengan dua nama besar ini? Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Tambahkan lagi sutradara Rob Reiner, sehingga menjadikan The Bucket List sebagai film yang mengasyikan untuk ditonton.

Ceritanya mengalir dengan indah, ketika dua orang dengan karakter yang berbeda, harus berbagi ruangan di sebuah kamar rumah sakit. Yang satu adalah Edward Cole (Jack Nicholson) orang kaya raya yang sedang sakit parah, dan kebetulan dialah pemilik rumah sakit itu, dan lainnya adalah Carter Chambers (Morgan Freeman) orang biasa, yang juga sedang ditimpa sakit parah.

Carter memiliki kebiasaan unik, di tengah kesakitannya, untuk menghibur diri, dia menuliskan keinginan-keinginannya yang terpendam pada secarik kertas. Apapun yang terlintas di benaknya, dia tulis. Sedangkan Edward adalah sosok orang kaya yang angkuh dan sangat temperamental.

Seiring berjalannya waktu, karena tidak bisa kemana-mana selain dikamar saja, mereka kemudian menjadi sahabat. Irama film semakin menarik ketika Edward berhasil membaca daftar keinginan Carter, dan berusaha mengajak Carter untuk memenuhi daftar keinginannya itu sebelum mereka mati. Apakah mereka berhasil?

Film yang menyentuh dan seirama dengan The Ultimate Gift dan Fireproof ini layak untuk ditonton. Pesan moral film ini adalah, isilah hidup dengan hal-hal yang menyenangnkan dan berarti. Daripada menghabiskan hidup menjadi orang yang kelihatannya sukses, tapi sebenarnya kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Morgan Freeman dan Jack Nicholson melakukan tugas mereka dengan baik mempresentasikan dua tokoh yang bertolak belakang, tapi sebetulnya memiliki kesamaan, sama-sama kehilangan sesuatu yang penting dalam hidup. Carter adalah tokoh yang selalu disetir oleh isteri sehingga tidak bisa melakukan apapun untuk membahagiakan dirinya. Edward adalah orang kaya yang hanya fokus pada kekayaannya, dan tidak mempedulikan keluarga. Dan dengan memenuhi daftar keinginan mereka ini, sedikit demi sedikit mereka berhasil membuat hidup mereka semakin berarti.

The Ultimate Gift


The Ultimate Gift sudah lama ada di Harddisk. Lebih dari 3 bulan lalu saya download, dan sudah pernah saya coba tonton, tapi karena belum mood untuk melihat film drama, saya pikir film ini hanya film biasa yang membosankan.

Memasuki 10 menit, film ini mulai menarik dan sudah bisa dibaca arahnya, ternyata semacam film The Bucket List dan Fireproof, tentang seseorang yang mengikuti sebuah daftar, yang memang semakin lama ditonton, semakin mengusik rasa ingin tahu.

Cerita film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Jim Stovall, berkisah tentang seorang cucu bernama Jason Steven dari keluarga kaya raya, yang harus melakukan beberapa tugas, untuk bisa mendapatkan warisan.

Konflik kepentingan dari keluarganya yang kaya dan rakus akan uang dikemas secara indah dan menyentuh ketika Jason yang diperankan oleh Drew Fuller kemudian bisa mengerti bahwa uang dan kekayaan bisa membuat hati seseorang mati. Jason belajar bahwa uang bukanlah segalanya untuk bisa hidup, dan dia mendapatkan semuanya itu dari seorang anak bernama Emily yang diperankan sangat bagus oleh Abigail Breslin.

Film ini sangat layak ditonton bagi mereka yang merasa selalu haus dengan uang dan harta, untuk bisa belajar arti hidup sebenarnya. Bagi mereka yang sedang dalam kesulitan, film ini pun memberikan pesan bahwa selalu ada harapan bila kita menghadapi hidup dengan tulus.

Jason memang berhasil mendapatkan warisan yang luar biasa besar. Tapi bukan itu Ultimate Gift-nya. Bukan itu anugerah terbesarnya. Anugerah terbesar itu adalah seluruh usahanya untuk bisa berubah, dari seorang anak kaya yang manja dan tak tahu diri, menjadi seorang manusia yang bisa bersimpati, berempati, dan peduli kepada sesama.

Inilah daftar anugerah yang didapatkannya:
- Anugerah dalam pekerjaan (Dia tidak pernah bekerja apapun sebelumnya)
- Anugerah tentang uang (Merasakan hidup tanpa uang)
- Anugerah tentang teman (Menemukan teman yang sejati itu sulit)
- Anugerah tentang belajar (Mungkin terdengar sederhana bagi yang berkecukupan, tapi bagi yang berkekurangan, sebuah buku saja bernilai sangat besar)
- Anugerah tentang masalah (Tidak ada manusia yang tidak punya masalah, dan uang bukan segalanya untuk menyelesaikan masalah itu)
- Anugerah tentang keluarga (Memiliki keluarga yang penuh kasih)
- Anugerah tertawa (Tertawa lepas dan bahagia ternyata bisa dilakukan tanpa harta berlimpah)
- Anugerah untuk bermimpi (Berani bercita-cita)
- Anugerah untuk memberi (Setelah belajar tentang arti kehidupan, harta bukan lagi menjadi hal yang mengikat)
- Anugerah untuk bersyukur (Ternyata hidup sangat berarti bila diisi dengan ucapan syukur)
- Anugerah untuk satu hari (Tiap hari adalah anugerah, karena tidak semua orang bisa menikmatinya)
- Anugerah tentang kasih.(Ternyata anugerah terbesar itu bukan saat kita menerima, tapi saat kita memberi).